Twitter

Rabu, 09 April 2014

Sayangi Harddiskmu. Sayangi Benda yang Menyimpan Dokumentasi Hidupmu.



Really, it sucks for losing a harddisk that used for saving files and documents of your life.

Aku kehilangan sebuah harddisk di kampus. Tepatnya di KBU Komunikasi, malam ketika saat itu sedang ada tugas Komunikasi Periklanan untuk dikumpulkan esok harinya.
Kehilangan barang sudah menjadi sesuatu yang biasa buatku. Mungkin karena aku sendiri ceroboh, sering lupa untuk mengingat di mana dan bagaimana aku meletakkan barang – barangku sendiri. Termasuk saat aku membawa dan menaruh harddisk ini di KBU.

Yang aku ingat, aku sedang berbagi foto dengan kawan saat itu. Sekedar berbagi koleksi foto se-angkatan Komunikasi 2011. Selesai mengerjakan tugas, aku langsung pulang ke kos. Dan aku lupa tidak mengecek lagi apa isi tasku. Sampai dua-tiga hari kemudian, aku baru sadar. Harddiskku hilang.

Shit.

Sikapku saat kehilangan harddisk ya biasa saja memang. Told ya, haven’t I? Aku sudah biasa kehilangan barang. Tapi efeknya, khusus harddisk ini, baru aku rasakan sekarang.

That day I must be so stupid for losing a half of my brain archives.

Aku cuma bisa berharap siapapun yang mengambil harddiskku segera kejedot jangkar kapal yang keras sampe kepalanya berdarah – darah sampe mengalami several memory loss atau amnesia sampe bisa merasakan perasaanku sekarang yang sudah kehilangan momen, foto, video, dan file – file lainnya yang penting sebagai pelengkap abstraknya ingatanku. Fuck with that.

But, okay, kidding.

Aku berharap yang mengambil harddiskku itu bisa having a good life with that. Satu tera bisa nyimpen banyak foto dan video dokumentasi perjalanan, dude. Dan aku harap harddisk itu tidak dirombengkan, atau logisnya dijual ke penadah.

Buat kalian yang menyempatkan membaca curhat ini, tolong sayangi harddisk atau flashdisk atau laptop atau apapun lah yang menyimpan dokumentasi dan portofolio sepanjang waktu yang sudah kalian alami. Kehilangan bukti empirik perjalanan hidup berupa file – file digital itu sungguh sangat hurting and too hard to describe.

Believe me, take a good care for your documents, in every single space in your drives.

Buat penadah atau si empunya tangan yang udah ngambil harddiskku, kalau lagi baca ini,

Just say prayer and beg pardon to your God. Before I say curses and beg hellfire for you to my God.


Oh i mean, whatever.

Hilang dan Pergi. Sesaat dan Kemudian Kembali.



Well, it’s been a while since my last post here.

Aku sekarang sudah menjalani kuliah sampai semester enam. And, guess what. Aku sudah mengalami banyak hal dan pengalaman sampai aku siap menuangkannya ke dalam sebuah tulisan.

Aku tahu, mungkin sudah sangat terlambat menuliskannya sekarang sedang yang aku alami sudah berlalu lama sekali. Terakhir aku menulis kalau tidak salah adalah saat aku mengikuti “Commcamp” bagian ke dua. Yaitu saat berpetualang dengan kawan – kawan menuju kawah Ijen. Dan yah, aku rasa aku sudah menuliskannya ber-chapter-chapter dengan baik di sini. Dan sekarang saatnya aku menulis pengalaman lainnya yang aku rasa sangat disayangkan untuk tidak dituliskan.

It’s all thanks to “The Secret Life Of Walter Mitty” movie.

Aku mendapatkan banyak inspirasi dan motivasi menulis perjalanan dan pengalaman lagi setelah menonton film ini. Aku rasa, yang paling penting untuk digarisbawahi di film ini adalah, jangan terlalu banyak menyianyiakan waktumu untuk rutinitas. Dan sekali kau pergi dalam suatu perjalanan, jangan pernah lupa untuk menuliskannya. Sekedar untuk mengingat, dan mengenang tiap detil kenikmatannya untuk dibagi dengan rekan perjalanan, kawan yang membaca, atau siapapun yang mungkin saja tertarik untuk bergabung ke dalam ceritamu.

Aku nggak tahu harus mulai dari mana. Tapi aku pikir ini saatnya untuk otakku memutar kembali rekamannya dan menyalurkan fragmen – fragmen jejak kakiku ke tangan untuk mengkonversinya ke dalam sebuah tulisan.


Well, thanks to everyone who read. And thank you, Walter Mitty.