Twitter

Minggu, 25 November 2012

"Jarene Watu, tapi Dibacok Kok Getihen."

Jumat, 19 Oktober 2012

Jam 9 pagi.
Aku baru aja selese kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia (SSBI) di lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, dan turun ke lantai bawah seperti biasa buat kumpul sama temen-temen sejurusan di KBU.
Well, semuanya berjalan seperti biasa aja.

Nothing special.

Sampai ada satu SMS masuk dari mbak Linis, seniorku di Sinematografi, yang bilang, "Dhan, kamu uda tau? Bima kecelakaan."
Kontan aja aku rada kaget ndengernya. Ini orang, Bima, beberapa hari yang lalu sehat-sehat aja pas ketemu di kampus. Kagak ada tanda-tanda dia habis mabok atau berencana untuk mabok sambil naik motor, atau berencana mabok sambil naik motor terus kecelakaan.

Oke, skip.

Aku langsung kirim broadcast message via BB ke temen-temen, kalo nih makhluk yang biasa disebut WATU baru aja kena musibah. Aku juga bergegas konfirmasi ke mbak Linis, nyari tau sendiri ke Rs. Dr. Soetomo, ke tempat seperti yang sudah ia instruksikan, ditemani oleh Reyhan si sahabat pantek. Dan.... Oh, man. Berita itu bukan hoax.

Bima Adhi Priambodo.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unair 2011.
Preman jagoan, pengen jadi Iron Man.
Dibacok, dan lagi krisis di IRD karena belum berhenti pendarahan.

Aku masih belum percaya dengan kejadian ini. Beberapa hari yang lalu nih orang baik-baik saja. Gak ada tanda-tanda dia bakal kena musibah macem gini. Sampe dia pergi ke Cuban Rondo, main ke temen-temennya HI yang lagi ngadain ospek jurusan, dan pulang jam 2 dini hari.... dan berhadapan dengan delapan orang preman yang lebih jago, sepertinya.

Jadi usut punya usut, kejadiannya seperti berikut,
Bima pulang dari Cuban Rondo larut malam, dan ia sempat lewat kos-kosanku di Gubeng Kertajaya 7L no.3. Tapi karena ngeliat dari luar kayaknya aku uda tidur (dan sebenernya emang udah!) dia langsung jablas pulang lewat depan PDAM. Nah, di situ, ada dua orang bedengkik yang njejeri si Bima, lalu nuduh tuh motor yang ditumpangin Bima adalah motor adiknya. Langsung aja Bima ditendang dan Bima jatuh, Tapi dia sempet ngelawan dan akhirnya tuh dua bedengkik tumbang. Tapi ternyata, muncul lagi dua kimcil. Bima lagi-lagi berhasil mengalahkannya. Dan akhirnya muncul empat kimcil susulan yang gak asal tangan kosong.

Mereka bawa golok dan sodaranya golok. (mbuh apa namanya pokoknya senjata tajam)

Bima pun dihabisi.

Setelah itu motornya diambil dan Bima ditelantarkan dipinggir jalan.

Bima sempat minta tolong ambulans lewat, tapi ternyata ambulans itu pun tidak memperhatikan ada Bima di pinggir jalan.
Tapi untungnya, warga sekitar menolong dan Bima pun dibawa ke Rs. Dr. Soetomo, dan akhirnya, nyawanya berhasil diselamatkan.
Meskipun tipis-tipis melayang.

Okay, seenggak-enggaknya, meskipun nih orang sering banget berkelakuan unik bin nggateli, kalo udah kenak gini juga gak lucu lagi jadinya.

Tapi untunglah, setelah beberapa hari berlalu, akhirnya Bima tetep hidup.
Dan sekarang malah kembali seperti biasa.
-_-

TAMAT.

updated: foto Bima setelah beberapa hari di rumah sakit dengan kondisi yang lebih metal

Jumat, 12 Oktober 2012

Putri Tosca

Semu,
Tak pernah bisa sama persis.
Tapi bayangannya selalu mendesis.

Untuk dia yang berwarna hijau dan bergores merah,
Untuk Putri Mawar yang berdiam di tiap sudut segala arah.

Selasa, 09 Oktober 2012

Karena Kapal Karam Harus Diderek Kembali ke Dermaga

"Ibarat kapal, aku sempat terisi, ternahkoda-i, tapi langsung hilang begitu saja." ujar Luqman, salah satu sohib karibku malam ini yang sedang mengumpamakan dua kehidupan individu yang berbeda, dengan ilustrasi sebuah kapal.
"Dan ibarat kapal, aku adalah Titanic, yang terisi penuh, megah, mewah, tapi menubruk es, hancur, karam, musnah tenggelam di lautan." timpalku dengan wajah menyamakan Leonardo Dicaprio.

Malam ini aku kembali 'bermasturbasi' dengan pikiranku sendiri. Bermonolog. Berbicara dengan langit dan bulan di kala petang, menikmati kesuntukan dan kejenuhan yang ada di pikiranku. Kalau biasanya aku habiskan dengan mendengarkan lagu dan sebatang kawan asap, kali ini aku alihkan pikiranku ke arah buntu yang produktif. Yaitu menulis puisi. Dan hasilnya adalah empat puisi yang sudah aku posting barusan. Semuanya adalah karya yang lahir begitu saja di balkon kos-kosan dengan tinta dan lembar binder catetan kuliah yang aku secara gak sengaja aku jadikan korban coret-menyoret diksi malam ini.

Tapi tak lama setelah aku menyelesaikan keempat puisi itu, Luqman menghampiriku. Ia menanyakan, dan lebih tepatnya khawatir sama kondisiku yang akhir-akhir ini emang lebih kelihatan kayak korban bencana alam gak niat kuliah daripada akademisi yang aktif dan berprestasi. Aku luapkan aja semua yang aku rasain, mulai dari suntuk, buntu, jenuh karena kebanyakan kegiatan, dan lain sebagainya, sampai dia juga membalas meluapkan sesuatu. "Oke, sek yo, ngeseng disek." katanya sembari melengos pergi ke kamar mandi.

Tak lama setelahnya, ia kembali, dan kami pun kembali terlibat dalam pembicaraan absurd bin sliut sliut.

Sebenarnya, inti dari pembicaraan ini adalah curhat dan saling bertukar pikiran saja satu sama lain. Luqman menceritakan kondisi pribadinya ke aku, dan aku pun demikian. Tapi yang paling aku ingat adalah pembicaraan tentang pengandaian kapal, aku, dan dia dalam lautan arus kehidupan.

Jika ia seperti kapal yang aku sebutkan di atas, maka aku juga, seperti Titanic, seperti yang aku sebut di atas juga.
Tapi aku sekarang tahu, jika aku seperti demikian, maka yang perlu aku lakukan agar 'kapal'ku yang karam bisa berlayar kembali di lautan luas adalah mengembalikannya ke daratan, memperbaiki, dan menambahi muatannya dengan barang-barang yang diperlukan, baru setelahnya melanjutkan ekspedisi ke seluruh isi dunia.

Yang jadi persoalan sekarang, semua yang di atas adalah tak lebih sekedar sebuah abstraksi.
Lantas, bagaimana perwujudan dan eksekusi yang harus aku lakukan?
Nah, itu dia yang harus aku temukan sendiri.
Aku sadar malam ini, dan harusnya sadar dari dulu jauh-jauh hari. Bahwa tidak ada seorang pun kecuali diri sendiri yang bisa menolong diri sendiri.

Memang kadang itu semua tak semudah bagaimana aku mengatakan atau menuliskannya. Tapi dengan membuat semuanya terbiasa, dan menjalaninya dengan biasa, who knows?

I'll fix my ship, and go back to a voyage that I've been delayed. Soon, after I finish with all.

Thanks, Man.

Jemari Berbisik



Pernahkah kau mencoba, menolak tuk menulis?
Pernahkah kau mencoba, melawan dalam tangis?
Pernahkah kau berhenti, ketika mimpi tak lagi nyata?
Pernahkah kau berpikir, bagaimana jika hidup sudah tak lagi lama?

Memang, tak ada yang perlu dijelaskan dalam ketimpangan ini,
retoris, cukuplah kaki yang melangkah dan tangan yang menunjuk arah,
bekalilah dengan pena, senjatai dengan retorika,
meski kadang tak mengena, namun kuasai dengan logika,
karena seluk beluk dalam cinta, tak seorang pun bisa berliku-lika,
karena sepotong kalimat yang tersedak, membuat canggung, dan pikiran menjadi tak peka.

Luapkanlah, agar bisik yang terangkai, tak menjadi sekedar kata-kata.


Surabaya, 9 Oktober 2012

Petang Dirundung Gelap


Silau! Aku berseru dalam karung.
Ku diamkan ruang ini menguraiku.
Seakan aku menggila dan tak tahu bertempurung.
Berkasnya tak terbendung, menghujatku dalam beku.

Petang beralaskan bumi,
terkesiap dalam beberapa helai yang ku maklumi.
Gelap merundungi lelap,
terbelalak dalam beberapa waktu yang ku lalap.

Bukan aku hebat menahan kedinginan,
atau aku kuat menjalani kesendirian,
kadang ada penjuru, yang menyebut kesepian,
kadang ada celah, yang merasuki kesunyian.

Tak salah langit menampakkan megah.
Tak salah rumput menapaki tajam.
Hanya sebatang kara yang menjuntai nan gagah.
Tapi peka, membuatku lemah dan terus menghujam,
hitam, tolong hentikan,
sesak ini terus serasa dirajam.


Surabaya, 9 Oktober 2012

Equilibrium


Imbang, tapi tergoyah.
Netral, tapi berpihak.
Tengah, tapi terpinggirkan.

Ada sesuatu yang tak mampu dipahami,
sedalam-dalamnya manusia itu menyelami,
walau kadang terlihat cukup dan mumpuni.

Di ketinggian itu, jangan sok untuk menegak.
Di kediaman itu, jangan sok untuk mendekat.
Di kebimbangan itu, jangan sok untuk mengelak.

Separuh pengertian yang dipenuhi asumsi,
takkan terlalu hebat mempengaruhi persepsi,
jikalau merasa pandai berintuisi,
percayalah, satu hal, akan membuat diam seakan tak berisi.

Lucunya, sistemasi ini.


Surabaya, 9 Oktober 2012

Foto: Kelabu Sembilu


Location Cuban Rais, Secret ground, BSK
Date Taken 06/10/2012 17:29
Camera Canon EOS 650D
F-stop f/8
Exposure Time 1/250 sec.
ISO 3200
Focal Length 42mm


Foto: Kuning Merumput



Location Cuban Rais, Lower ground, BSK
Date Taken 04/10/2012 05:30
Camera Canon EOS 650D
F-stop f/5.6
Exposure Time 1/640 sec.
ISO 100
Focal Length 55mm

Foto: Dirgantara



Location Cuban Rais, Lower ground, BSK
Date Taken 04/10/2012 05:04
Camera Canon EOS 650D
F-stop f/3.5
Exposure Time 1/30 sec.
ISO 100
Focal Length 18mm

Hello, Nice to Meet You (again)

Halo, para pelayar Kertas Bercerita.
Nice to meet you, again.

Sebulan sudah, aku nggak ngeposting apa-apa di blog ini.
Well, banyak yang pengen aku share dan aku ceritain, tapi aku sendiri gatau harus mulai dari mana.

Aku udah ngelewatin banyak momen dan acara, banyak yang aku ikutin, dan ada juga yang aku tinggalin.

Commersale 2 sebagai koordinator dekorasi, HUT Sinematografi ke-10 sebagai koordinator perlengkapan, Baur Sedhalu Komunikasi sebagai anggota keamanan dan perizinan, PUKM Sinema 2012 sebagai ketua... dan aku pernah njalanin ke-empat-empatnya berbarengan.

Okay, mungkin kelihatannya nggak seberapa beban dan aku aja yang berlebihan mikirinnya, tapi kalo aku sendiri yang ngerasain ya mau gimana-gimana pikiranku cuman ngerasain satu hal: JENUH.

Oh iya, aku juga sempat bekerja sebagai content writer di KusukaNetwork, divisi KusukaGadget, tapi sayang hanya bertahan 2 bulan dan aku berhenti karena tidak bisa lagi mengikuti ritme kerja yang dituntut cepat, tepat, dan sempurna. Aku juga kebanyakan kegiatan dan tugas kuliah, sih.
Tapi setidaknya aku beruntung, andai aku masih kerja, pasti aku bakal lebih stress dan bisa-bisa makan indomie mentah sekarung saking depresinya. Cuman ya gitu, aku masih tetep aja ngerasa jenuh, dan pengen bisa rehat sebentar dari kesibukan.

Pengen rasanya aku lari ke gunung, dan sebagian dari ini uda kesampaian di BSK yang terlaksana di Cuban Rais, Batu. Aku sempat motret bukit dan sekitarnya yang tempatnya sedikit jauh dari camp, dan di situ kedengeran suara air terjun yang bikin hati adem ayem. Sayangnya waktu balik ke camp aku malah roboh dan sempat kumat pusing berlebihannya.
Well, ntar habis ini aku posting dah foto di bukit itu yang paling bagus. Sekalian, aku juga pengen ngeshare puisi yang gak sengaja aku bikin pake ketikan di hape doang, dan aku selesaikan di mobilnya temenku Camad, Rabu malam, tepat pas on the way ke Cuban Rais, jadi pioneer dadakan.

Sekarang tanggunganku cuman satu sih. Screening film PUKM tanggal 13 Oktober 2012 di Propadause. Tapi gatau kenapa, mungkin karena kejenuhan yang aku rasain udah terakumulasi dalam pikiran, jadinya masih kerasa beban, beban, dan beban.

Untuk sementara ini, aku lagi gak pengen mikir banyak-banyak. Tapi karena udah kadung jadi tanggung jawab, ya mau gimana lagi, jalani ajalah dulu.

Buat yang gak sengaja baca, sorry ya, kalo tulisanku malah bikin yang baca juga tambah mbeban.

Semangat ae lah,

Salam,
Nahkoda kapal senja.

Senja


Di batas sepi ini tubuhku berdiri,
menyendiri,
dari tiap sisi ramai yang ku jumpai..

Ku merenung, seorang diri.
Merengkuh tiap asa yang terlintas dalam benak,
berteman sebatang garis putih yang melunak,
dengan pedih, ku hempaskan asap yang bergejolak..

Senja,
kau menjadi teman di kala ku buta,
selain petang yang menghantarkanku dalam bara,
ku tiupkan kepulan itu ke arah langit,
melintasi batas fatamorgana kehidupan..

Diksi yang tertulis hanyalah saksi,
kala senja berhimpit dan memucat pasi,
kembali ku sembunyi dalam gelap,
merunduk, terhempas, tertunduk dan tak siap,
kembali ke ujung senja, tanpa sayap..


Surabaya, 9 Oktober 2012

Kamis, 23 Agustus 2012

Catatan Lebaran H-6 = Buber, Buber Everywhere...

Yeah,
H-6 lebaran itu...
buber, buber everywhere :|

H-6 lebaran, seminggu penuh dengan jadwal buka puasa di luar. Dan semuanya secara nggak sengaja bisa runtut menimpa daku yang bingung dengan buber-buber ini -____-

Senin 13 Agustus, aku iseng ngajak keluar adik kelasku, Mirra. Dan doi ternyata juga lagi pengen keluar gara-gara suntuk di rumah. Yaudah jadi dah sore hari aku jalan-jalan motoran keliling kota Tuban sama doi, dan berhenti di pantai Boom untuk jalan-jalan lagi, pake kaki. Dulu, aku pernah ngajak doi ke sini buat hunting foto, sayangnya doi ada latihan dance dan alhasil aku pun hunting sendiri. Dan sore itu pun akhirnya kami habiskan dengan bercerita-cerita sambil foto-foto geje di pantai. Sampai akhirnya pukul 17.15, kami cabut dari sana dan pergi ke warung lesehan dekat PGRI untuk berbuka makan penyetan. Lumayan, gara-gara doi bentar lagi ulang tahun, aku dibayarin jadinya. Hahaha ~ *mukanebeng


Selasa 14 Agustus, sesuai dengan SMS yang dikirim bro Gecol bahwa doi bakal main ke Tuban hari ini, jadilah aku, Gecol dan Fandy jalan-jalan sore ke pantai depan klenteng untuk sekedar berbagi cerita satu sama lain. Udah lama gak ketemu mereka, by the way. Makanya aku sendiri juga betah ngobrol lama sama sohib-sohib yang satu ini. Kami akhirnya buka bersama di soto ayam Lamongan jalan Basuki Rahmat.


Rabu, 15 Agustus, gara-gara Danes baru ngasih tau Gecol sorenya kalo doi besok mau main ke Tuban, hari ini pun aku kembali bergumul dengan Gecol dan Fandy lagi. Tapi kali ini lengkap sama Danes. Gecol sendiri yang rencananya mau pulang tanggal ini ke Jombang pun bela-belain menunda sehari kepulangannya demi bisa sama temen-temen lamanya ini, terharu please :') Oh iya, segmen Selasa dan Rabu ini gak perlu aku jelasin panjang lebar. Selengkapnya baca aja ulasan khususnya di artikel yang berjudul Reuni Kopi Darat.


Kamis, 16 Agustus, buka bersama OSIS beberapa generasi di aula SMA Negeri 1 Tuban. Di sini nih, asik. Ketemu sama mas-mas angkatan OSIS yang lebih tua, jadi berasa lebih muda *eh. Di sini enak makannya prasmanan. Dan yang paling penting adalah suasana sharing malam harinya setelah shalat tarawih dan witir, membahas beberapa hal, dan yang terpenting tentang permasalahan yang sedang dialami OSIS SMA Negeri 1 Tuban periode terbaru. Karena, seperti kabar yang sudah beredar, tahun ini tidak ada pasca MOS di SMA Negeri 1 Tuban. Padahal pasca MOS sendiri adalah momen pamungkas penutup rangkaian acara MOS yang bisa mengakrabkan seluruh siswa dan menyisakan kenangan yang takkan terlupakan hingga lulus nanti. Sayangnya tahun ini tidak ada. Dan di forum sharing ini pun masalah dibahas menyeluruh sampai ke akar-akarnya dan berbagi solusi untuk MOS tahun depannya.


Jumat, 17 Agustus, rencananya hari ini mau buka bersama dengan XII IPA 3, namun sayang sekali Bapak dan Ibuk sorenya ngajak mudik langsung ke Padangan. Padahal, aku udah janji sama Tia buat mbantuin doi dan keluarganya nyiapin buka bersama ini di rumahnya. Aku jadi ngerasa bersalah terus gara-gara ini -___- mana yang datang buka bersama dikit, jadi semakin merasa eman. Mau nggak mau, ya aku akhirnya menikmati buka bersama keluarga besar di rumah Kuncen ini yang akhirnya tetep bikin aku kepikiran teman-teman lama yang sedang berkumpul dan bernostalgia masa SMA dulu. Ini ada foto XII IPA 3 saat rekreasi dulu, diambil di bus, dan... goyang :|


Sabtu, 18 Agustus, hari ini pun rencananya ada buka bersama kelas XD. Tapi jauh hari sebelumnya aku sudah mengabarkan ke temanku yang ikut membantu mengadakan buber bahwa kecil kemungkinan aku bisa ikut buber yang satu ini. Gimana ndak, ini H-1 lebaran :| apalagi biasanya Bapak ngajak mudik H-3 kalo H-2. Buber IPA 3 yang Jumat aja akhirnya gak jadi, ya sudah hari ini aku hanya bisa membayangkan suasana teman-teman lama yang sedang berkumpul bersama dan berbagi ceritanya masing-masing. Aku juga udah lama gak ngumpul dan ketemu sama teman-teman kelas X di SMA ini. Tapi mau gimana lagi, ya sudah lah. Semoga tahun depan bisa bertemu dengan mereka. Hari ini aku nikmati dengan buka bersama keluarga besar di Kuncen lagi, dengan suasana khidmat H-1 lebaran yang diiringi takbiran di mana-mana, dan... petasan :|

Kamis, 16 Agustus 2012

Kopi Darat, Reuni Sahabat dan Nostalgia Masa Berempat

"Mbiyen kene wes onok rencana gawe rekaman ngono kok." ujarku kepada Fandy, sahabatku yang dulu ku kenal di masa SMP.


Dua hari kemarin, Selasa dan Rabu (14-15 Agustus 2012) aku seakan kembali lagi ke masa SMPku dulu. Kebetulan, Tuhan mempertemukanku kembali dengan sahabat sekaligus rekan bermusik jaman SMP, Gecol (Rizki Nurrachman), Fandy (M. Affandy), dan Danes (Danes Putra K.)

Dulu aku pernah membentuk band dengan orang-orang ini. Dan saat itu ya kami hanya bermain musik sekenanya, sebisa kami. Lalu perjalanan bermusik kami pun dipenuhi cerita penuh warna, intrik, bahkan kadang juga ada konflik. Namanya juga anak baru gede masa SMP. Ketika itu kami tidak bisa mengontrol emosi dengan baik.

Ada cerita di mana Gecol ndak mau ngeband lagi gara-gara gak cocok sama Danes. Terus ada juga rencana mau ngeluarin si Danes dari band dan Danes ngotot ingin Fandy dikeluarkan juga kalo dia jadi dikeluarin. Lalu ada bergabungnya personil baru, Faruq dan Marvel, yang akhirnya saat itu hanya Marvel yang bertahan hingga kami membentuk band dengan nama "Save Ozone."

Panjang ceritanya kalau mau dijelasin di bagian sini. Ntar aja deh kalo ada waktu aku mau posting lagi tentang "Save Ozone Band" *brb *minum teh

Oke, kembali ke cerita kopi darat dan nostalgia sahabat.

Jadi, berkumpulnya aku dengan orang-orang ini lagi itu awalnya berkat rencana Gecol yang pengen kumpul bareng lagi sama Aku dan Fandy yang kebetulan juga lagi ada di Tuban. Yang perlu dicatatkan di sini, Gecol sudah pindah ke Jombang. Dia ke Tuban cuman kalo ada perlu, macem bikin SIM dan ngurus surat-surat dan se-tetek bengeknya. Nah, kebetulan Selasa minggu ini dia lagi bikin SIM di Tuban, dan doi ngabarin aku mau ngajak main-main ke kota ke rumahnya Fandy, sekalian ngabuburit dan buka bersama.

Singkat cerita, aku dan Geccol ketemu di rumah Fandy, dan setelah bercerita sebentar di sini, kami memutuskan untuk pergi ke pantai dulu sembari nunggu jam lima sore. Dan di pantai ini lah, kami melanjutkan bercerita tentang kehidupan masing-masing.

Banyak yang berubah dari mereka.

Fandy, dulu dia berpostur kecil, dan sekarang... tetep yang berpostur paling kecil seh :|
Mungkin dari foto dibawah gak kelihatan, tapi..
surely, he's still the same, ahahahaha~


Entah bagaimana awal kejadiannya, doi ternyata uda jadian sama temen SMAku, Cicin. Dan ternyata doi emang kalo pacaran itu ndak jauh-jauh dari lingkungan SMA Negeri 1 Tuban -__________-
dia sih ceritanya uda lebih dari empat sampai lima anak, se angkatanku sak adik kelasku, yang pernah dipacarin dan mbulet di sekitar sini aja. Padahal, Fandy yang dari SMP 3 ini melanjutkan ke SMK Negeri 1 Tuban, dan itu jaraknya ya lumayan dari SMA 1 -_-
Well, soal asmara, yang penting sekarang Fandy udah nemuin orang buat njalin hubungan serius.

Yang aku kagum dari seorang Fandy, dia nggak ngelanjutin kuliah, tapi dia adalah satu-satunya diantara kami  yang sudah mampu membiayai hidupnya sendiri. Dia kini bekerja membangun usaha sebagai desainer grafis. Dan pekerjaan utamanya adalah mendesain LKS yang dikirimkan ke sekolah-sekolah per semesternya. Sungguh, aku iri sama doi yang sedari muda sudah membangun usaha. Sedangkan aku, cuman mahasiswa perkuliahan yang lagi nyari kerjaan sampingan :|


Gecol, masih tetap getol dalam dunia musik.
Di bawah ini fotonya yang aku ambil saat kopi darat dengan Danes malam hari, sih.


By the way, diantara kami ya cuman Gecol yang masih sering ngeband. Dulu, doi adalah keyboardist karbitan yang aku rekrut buat ngisi bagian piano di band. Tapi aku sendiri juga gak tau gimana, seiring berjalannya waktu, doi malah jago ngedrum dan sekarang lagi seneng-senengnya bikin video self-titled yang ngelihatin tampangnya lagi gitaran dan nyanyi-nyanyi sendiri di YouTube.

Emang sih, kemampuan keyboard-nya dulu biasa-biasa aja. Terus pas SMA, kebetulan satu SMA juga sama aku, skill main drumnya yang malah menonjol. Dan akhirnya, aku membentuk band lagi di SMA sama Gecol dengan formasi aku di vokal dan doi ngedrum, dengan nama "YowWest Band". Sekedar untuk tahu aja sih, band bentukanku sama Gecol ini semacam band yang anti-kelas RSBI. Jadi, di band ini itu ada personil dari IPA 2 (Youngki Yudha), IPA 3 (Aku dan Yanto), IPA 4 (Yopi), IPA 5 (Anul), dan IPS (Gecol) sedangkan di SMAku itu kelas RSBI adalah IPA 6, IPA 7 dan IPA 8 Aksel. Hahahahah. ~

Di pantai ini, aku, Gecol dan Fandy pernah menghabiskan Minggu pagi bersama, jaman SMP dulu. Sama Marvel juga sebenernya. Sayangnya hari ini gak ketemu dan uda lama doi gak ada kabar.

Aku, Gecol, dan Fandy menghabiskan waktu di pantai hingga pukul lima sore.
Nyempetin foto bertiga juga di sini, hehe



dan kami akhirnya berbuka bersama di soto ayam lamongan jalan basuki rahmat depan bank Mandiri.

Oh iya, saat cerita di pantai itu, ternyata ada kabar bahwa si Danes mau ke Tuban esok harinya. Akhirnya Gecol yang tadinya mau balik ke Jombang Rabu, jadi mengundurkan hari kepulangannya sampai Kamis demi berkumpul dengan sahabat-sahabatnya ini. Aku, Gecol dan Fandy pun sepakat mengakhiri perjumpaan kami hari ini setelah selesai sholat maghrib di masjid Darussalam, dan berjanji untuk bertemu lagi esok harinya, bersama Danes juga.

Singkatnya, Rabu, pukul 17.00....
Akhirnya aku berkumpul lagi dengan Gecol dan Fandy, dan sekarang ditambah Danes.

Ngomong-ngomong tentang Danes, doi adalah temanku dari TK.
Ini foto dia yang aku ambil waktu kopi darat malam hari,


Dari masa di mana aku masih mengalami diskriminasi sosial berbau rasis karena kulit hitamku. Aku juga sering berantem sama nih anak dari kecil, hehe. Pas SD perutnya pernah aku tinju gara-gara gregetan sama sikapnya dulu yang suka laporan ke orang tua kalo dia lagi kenapa-kenapa. Dan bener aja, waktu itu juga aku langsung dimarahin ibu habis-habisan gara-gara ibunya Danes bilang ke ibuku kalo aku habis menganiaya dia di mobil jemputan. Hahahaha~

Dulu badannya kurus, sekarang dia yang paling subur diantara kami berempat. Dia sekarang juga lagi kuliah satu universitas sama aku. Cuman beda fakultas aja. Dia di FEB, Ekonomi Pembangunan, sedangkan aku di FISIP.

Dari rumah Fandy, kami langsung cus ke mie ayam depan istana disc. Melanjutkan bercerita di warung ini. Dan ternyata Danes itu juga baru aja beli kamera Nikon D90. Aku sama dia pun terlibat pembicaraan sedikit tentang kamera.

Ada yang lucu, dan hanya berubah sedikit dari kebiasaan kami berempat.

Tiap kami kumpul, kalo ada cewek di sekitar kami, pasti langsung kami jadikan bahan pembicaraan dan main nggojloki satu sama lain. Dulu, yang paling sering godain cewek itu si Gecol. Parahnya doi itu kayak gak punya urat malu. Tiap ada cewek cakep lewat di depan, pasti dia langsung spontan teriak "Cewek!"
Dan sayang sekali, tiap cewek yang digituin pasti cuman melengos aja, hahahaha.
Tapi alhamdulillah, sekarang mungkin dia udah operasi urat malu dan cenderung lebih pendiam daripada dulu.

Setelah berbuka puasa di warung mie ayam, kami melanjutkan sholat di masjid Darussalam. Lalu malamnya, aku, Danes dan Gecol mengantar Fandy pulang karena Fandy tidak bisa meninggalkan sholat tarawih di lingkungannya. Sedangkan aku, Danes dan Gecol lagi meliburkan diri dari tarawih malem ini, hehe.

Ah, hampir kelupaan.

Reuni hari ini semakin terasa lengkap gara-gara waktu ngisi bensin di Sleko kami berempat bertemu dengan Bayu, bassist Save Ozone Band formasi baru. Bayu ini dulu partnernya Adin, gitaris Save Ozone Band formasi baru yang sudah lama tidak terdengar kabar tentangnya. Rumah mereka berdua juga dekat, sama-sama di Rengel, tapi Bayu sendiri bilang kalo dia juga uda lama gak denger kabar dari Adin...

Sayang sekali perjumpaan dengan Bayu ini sangat singkat. Doi lagi keluar sama pacarnya. Jadi kami berempat ndak mau ganggu dulu waktu pribadinya. Hahaha.

Akhirnya aku, Gecol, dan Danes memutuskan untuk kopi darat di pantai sembari nyantai dan melanjutkan berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing.


Oke, foto di atas diambil dengan self-timer 10sec dengan aku yang kebetulan pose inosen.

Oh iya, cerita tentang Danes... doi itu menghabiskan masa SMP di Tuban. SMA dia pindah ke Gresik, dan akhirnya bertemu lagi denganku di jenjang universitas.
Doi banyak main futsal, ceritanya sih. Aku dan doi ngobrol banyak juga tentang futsal. Akhirnya aku sama doi pun juga sepakatan mau sparring antara jurusanku versus jurusannya doi, suatu hari nanti.

Aku, Gecol dan Danes mengenang jaman SMP dulu bareng-bareng. Kami juga saling menceritakan satu sama lain tentang jurusan dan perkuliahan masing-masing. Sampai akhirnya pukul 21.00, kami memutuskan untuk pulang dan mengakhiri reuni kecil ini.

Satu hal yang aku cerna dari dua hari perjumpaan dengan teman lama ini,

Bertemu dengan sahabat lama itu serasa menemukan kembali diri ini ke dalam pribadi yang semula.

Aku berharap, suatu hari nanti Tuhan mempertemukan aku lagi dengan sahabat-sahabat lamaku ini, dengan keadaan masing-masing yang telah berkembang dan membawa cerita kesuksesan.

Amin.

Rabu, 15 Agustus 2012

Festival Tongklek di Tuban: Warna-Warni Keramaian Kota di Tengah Malam

"Dung klek dung klek dung klek!"
"Tung ting tang ting ting tang ting tung"



----Foto-foto di atas adalah peserta-peserta yang kreatif mengkloningkan nuansa drumband tujuh belasan dengan tongklek bulan Ramadhan.

Tepat 14 Agustus 2012 kemarin, ada festival tahunan di Tuban yang disebut festival tongklek. Dan event ini hanya diadakan saat bulan Ramadhan. Buat yang pengen tahu gimana kota Tuban kalo rame di tengah malam, event ini wajib buat ditonton. Nggak perlu susah-susah mikir gimana nontonnya. Cukup naik motor, sedia keripik dan cemilan, cari rute yang dipenuhi orang (karena ini berarti tongkleknya lewat jalan situ) terus udah cari aja trotoar ato emperan toko yang bisa didudukin. Kalo nggak kebagian, yauda numpang spot orang lain aja, asal jangan sok asik dan masang muka teroris. *brb *cukurjenggot

Ini ada beberapa screenshot dari peserta-peserta yang nunjukkin brand timnya di barisan depan



Cuman di sini ente bisa ngelihat orang-orang pada rebutan tempat kosong di trotoar buat dijadiin spot nonton. Bunyi riuh rendah dari peserta festival yang pada mbunyiin alat musik kreatifnya masing-masing juga turut menyemarakkan suasana malam yang dingin. Ada juga semacam orang joged-joged semi-kesurupan yang bikin ketawa dan geleng-geleng kepala di sini. Yang di foto di bawah ini, adalah rombongan wanita berbulu kaki yang tongklek'an sambil menirukan upacara bendera



Yang di bawah ini, merupakan salah satu kreativitas peserta. Tetapi kasihan yang anak kecil, badannya segede toge tapi gentongnya segede Mike Mohede *skip


Ada juga nih, nggak ada icik-icik, cakram sepeda pun jadi,


Di festival ini, tongklek bukan sekedar dibunyiin bareng-bareng buat mbangunin orang sahur doang. Di sini, ada estetika seni dan penampilan yang bisa dinilai, disaksikan, dan dinikmati orang-orang seisi kota. Dari foto yang aku upload, lihat sendiri noh, gimana pocong melakukan 'aksi' mogok di jalan, waria-waria keranjingan joged, topeng monyet urakan, dan para pemuda brutal yang menjunjung tinggi nasionalisme. Nggak ketinggalan ada kostum-kostum aktraktif dan perlengkapan yang eye catching juga bisa dilihat di sini. 

Nih, ada foto dari pemuda-brutal-cinta-nasionalisme,


Ada juga yang edisi pemuda soleh seperti ini,



Ato pasukan dugem patrol kayak gini :| ....


Yang di bawah ini malah anak-anak dandan ala orang naik haji,


Dan ini... NGAPAIN Ondel-ondel nyasar ke Tuban??? (-______-)


Hem, tapi jangan salah,
Justru ini menandakan bahwa masyarakat Tuban ini memang masyarakat yang menghargai pluralisme kebudayaan. Jadi adat betawi pun juga boleh dong ikut nampil di tongkek'an ini, hehe.

Buat yang phobia lihat pocong, disarankan untuk segera menutup blog ini.
Karena... INI DIA BARISAN POCONG DAN KAWAN-KAWAN, huhuahahaha






Serem. Asik. Kreatif. Sayangnya unsur tongklek'annya malah yang menurutku sedikit kurang, hehe.

Ini juga ada barisan pemuda yang pake nunjukin atraksi nyembur api. Sayangnya waktu melintas aku ndak sempet meng-capture momen mereka beratraksi :|


Ngomong-ngomong, sistem dalam festival ini tuh, pesertanya terdiri dari 10-20an orang per tim kalo ndak salah. Tiap tahun aturannya beda sih. Terus ada lagu wajib yang harus dibawain selang-seling sama lagu sendiri di rute jalanan yang harus dilewati. Misalnya, lagu sholawatan. Rutenya di tahun 2008, 2009 dan 2010 sih dimulai dari deket RS Muhammadiyah, seingatku. Dan tahun 2012 ini rutenya dimulai dari alun-alun. Finishnya ya juga di tempat awal pemberangkatan. Sistematika penilaian pemenangnya aku yang belum tahu. Apakah sekedar penampilan, musik dan kerapiannya, atau seni yang diusungnya, aku ndak tahu mana yang paling menentukan. Tapi katanya yang beberapa tahun lalu pemenangnya yang pake kostum pocong rame-rame. Bisa jadi penampilan juga mendominasi penilaian, sih. Mengingat ndak ada peserta yang 100% memainkan musik sepanjang perjalanan dari awal sampai akhir. Pasti lah di tengah jalan ada puncak capek dan suntuknya. Tapi meskipun begitu, para peserta tahu kok kapan harus memainkan musik dan kapan harus berhenti ketika lewat jalan yang penontonnya sepi.

Terus, ada lagi. Biasanya kalo tongklek'an, pesertanya juga ada tim official yang ngurusin logistik (baca: dus aqua) kayak ini,


Mending sih ini, si official bawa dus sambil motoran. Kadang pesertanya sendiri yang bawa dus air minum dan dibawa gantian. Atau bisa juga manfaatin kayak rombong, becak, dan sebagainya yang mereka gunakan untuk mengangkut peralatan tongklek.

Well, gara-gara festival ini, Tuban berasa kayak ibukota yang masih rame di tengah malam.
Bahkan, macet. :|
Kayak gini,


Tapi macetnya cuman di tengah kota doang sih. Sampe di rada pinggiran dikit uda leluasa lagi kok.

Cuman ada nih, yang sedikit disayangkan dari festival ini...


Sampah air minum kemasan dimana-mana. Jalan jadi kotor. Berceceran sampah.
Jadi ini semacam pekerjaan rumah yang membutuhkan kerja keras bagi para pembersih kota besok.

Festival ini juga merupakan kenangan tersendiri buat aku.
Di sini aku pernah ikut jadi peserta bareng-bareng sama OSIS SMA Negeri 1 Tuban, bahkan aku ikut di tiga periode sekaligus. (silahkan bilang WOW)

Aku masih inget, dulu aku ikut festival tongklek pas aku masih kelas X. Di sini kalo gak salah aku masih baru jadi anggota OSIS. Di sini mbantuin mas-mas senior periode 07/08 Nona-Meo buat mbunyiin tongklek dan nyanyi-nyanyi di jalanan. Dan gara-gara aku cupu dan belum akrab sama mas-masnya, aku sendiri jadi canggung mau ikut mbunyiin bambu yang ta pegang. Salah-salah ntar merusak suasana dan tiba-tiba hening seisi kota. *...hening beneran*

Terus ada lagi yang sama 08/09 Eigto-Neno. Di sini baru aku gak begitu canggung, soale uda lumayan akrab sih sama mas-mase yang lebih tua satu tingkat doang dari aku. Kita mbunyiin tongklek awur-awuran, nyanyi-nyanyi gak jelas di jalanan... Oke mungkin itu aku doang sih, laine niat kok :|
Kita sampe belain nyewa becak loh buat ngangkut alat-alat dan perlengkapan, hehe.

Aku lupa, diantara periode 07/08 kalo gak 08/09, aku sampe dicariin Bapak ke sekolah (padahal aku di jalanan) gara-gara aku lupa ndak ngasih tau Bapak kalo festival tongklek ini acaranya sampe mualem. Aku baru pulang jam satu kalo gak salah. Padahal Bapak nyariin aku dari jam 11 sampe jam 12. Aku jadi merasa berdosa telah membuang bensin Bapak dengan percuma karena dibuat muter-muter nyari aku doang yang gak ada hasil.

Eh, aku inget, di periode 07/08 ding. Soalnya aku inget aku masih canggung sama mas-masnya dan nyari alasan supaya bisa cepet pulang, hehe.

Nah, terus... Akhirnya aku jadi angkatan yang dituakan di OSIS #halah.
Periode 09/10 Seicoo-Logo, di sini mau-gak mau ya yang senior harus nyontohin yang baik juga kerja paling greng buat nyiapin konsep tongklek'annya dengan matang #tsahh
Kalo gak salah, yang jadi ketua si Edy. Dan ketika giliran kami di depan panitia membunyikan musik, kami dipanggil seperti ini...
"Ini lah dia, sakrifice kosong sembilan sepuluh, seico logo, bimbingan Bapak Edy"
Sontak kami shock untuk beberapa saat.
Pertama, panitia ini emang ndak bisa nyebutin bahasa Inggris "Sacrifice" dengan benar atau disengaja salah omong biar lucu, kami juga ndak tau.
Kedua, BIMBINGAN BAPAK EDY INI APA? ._.
Jadi, apakah Edy mendaftarkan kelompok tongklekan kami dengan atas namanya sendiri atau Edy diam-diam sudah menjadi Bapak-Bapak, ini semua masih menjadi misteri ~

Dan sekarang, aku uda kuliah, baru masuk semester tiga. Dan aku cuma bisa lihat dari trotoar bersama manos-manos (mantan OSIS) lainnya, yang juga tinggal sedikit jumlahnya yang mau nonton festival ini.

Ini waktu lagi nonton di trotoar, ada Mamat, Sandy, Ayuk, Tia, dan Ayak.


Yang di bawah ini hasil jepretan Mamat waktu ada Edy dan Punky ikut sekalian difoto


Dan yang ini waktu di rumah Ayu, siap-siap mau berangkat nonton ~


ada Sandy, Ayuk, Rara, aku dan Ayak. Yang motret si Mamat. Dan lucunya di sini itu, si Rara uda pulang duluan jam 10 malem sebelum nonton tongkleknya. Padahal, waktu ngumpul tuh yang dateng aku duluan dan Rara setelah aku. Tapi pulange Rara malah duluan daripada semuane :|

Oh iya, sementara aku dan temen-temen ini uda pensiun, nih OSIS periode 11/12 lagi beraksi di tongklek'an



Ahh, mereka modal banget pake bawa motor Tosan -_____-

By the way, rasanya kagak ada habisnya ngomongin nih tongklek'an.
Silahkan ente lihat sendiri dah hasil foto-foto di bawah ~

Ini ada Van dari sponsor utama,


Ini penampilan beberapa peserta...






Beberapa ada yang nengok belakang. Itu berarti mereka lagi berhenti (ya jelas, blok)
Biasanya itu memastikan aja sih supaya jarak antar rombongan tidak terpaut jauh dan keindahan barisan masih bisa tetap dipertahankan.

Ini ada juga makhluk yang bangga ngangkat batu nisan -_-
Entah, tanggal ulang tahunnya siapa itu yang ditulis.


Ini juga ada topeng monyet urakan yang... gak ada gemes-gemesnya sih :|
Tapi asik, soalnya pertunjukan jadi makin variatif. Apalagi liat noh bagian roda belakangnya dijahilin sama temennya yang dibelakang. Roda dua tambahannya diangkat, tinggal nunggu jatuhnya aja *eh


Ini juga ada aksi dari duta aiemtri yang membaur dengan peserta lainnya.


Emang sih, banyak yang nyorakin...
"Tai, sinyale elek!"
"Trobelan!"
"Pendingan!" 
"Bujuki thok!"
dan lama-lama mereka yang nyorakin ini jadi semacam orang galau yang curcol gara-gara koneksinya pending sampek gak bisa move on dari mantan.
Kasihan.
*kabur *sabarsabar

Lagian, duta-duta yang tidak berdosa ini juga jadi semacam customer care berjalan ya kalo ngeladenin teriakan-teriakan semi-ndak penting itu. -__-

Well, at least,
Pengalaman nonton festival tongklek sama temen-temen manos ini berkesan lah,
aku juga bisa menuliskan artikel tentang ini di blog (meskipun geje)
hahahaha

Semoga tahun depan festivalnya lebih seru dan pesertanya lebih kreatif lagi!