Aku punya buku baru.
Sampulnya merah, dan ini adalah
pemberian Bapak di tahun baru 2014.
Tidak ada yang menarik dari buku
ini, awalnya. Melihat berlembar – lembar halaman yang terisi tanggalan di awal
buku, di pikiranku aku hanya akan mengisi buku ini dengan catatan agenda –
agenda penting, yang mungkin berkorelasi dengan apa yang akan, atau sedang aku
jalani untuk tetap berjalan pada rutinitas. Tapi setelah menelisik halaman per
halamannya, aku menemukan bagian yang menarik. Catatan 2014.
Banyak halaman kosong di bagian
catatan ini. Aku pikir, mungkin akan
menarik kalau aku mengisinya dengan sesuatu baru, yang belum pernah aku lakukan
selama ini. Sampai aku mengingat – ingat lagi hobi atau kegemaranku di masa
kecil, dan aku menemukan sesuatu yang masih hidup di otakku: puisi.
Aku menulis puisi sejak Sekolah
Dasar. Saat itu, aku sedang menyukai seseorang yang aku masih ingat namanya:
Kartika. Saat itu aku merasakan perasaan yang konyol dan polos. Badan masih
terlalu kecil untuk menopang prosa – prosa yang berat, dan aku hanya mencorat –
coret bukuku dengan kata – kata yang lucu untuk dibaca saat aku sudah berumur
21 sekarang. Tapi aku tidak pernah lupa saat – saat itu. Apa yang aku tulis
saat SD, beranjak ke SMP hingga SMA adalah proses aku belajar tentang bagaimana
berekspresi dengan rangkaian kata. Dan aku menyukai proses itu.
Menulis puisi secara rutin,
adalah sesuatu yang belum pernah aku lakukan. Dulu aku menulis puisi hanya
sekedar ketika merasakan sesuatu yang menggelikan di hati. Atau ketika majalah
sekolah membuka lowongan rubrik puisi untuk diisi. Dan aku sempat sekali dua
kali mengirimnya.
Sekarang, aku punya buku agenda
2014 dengan banyak sekali halaman – halaman kosong untuk diisi. Jadi, yang aku
lakukan sekarang adalah mengisinya dengan puisi – puisi yang kebetulan ada saja
tiap hari terlintas di pikiranku untuk aku tuliskan. Dan total puisi yang sudah
aku tulis di buku ini sudah mencapai jumlah 100 judul lebih, sejak aku
menulisnya pada bulan Januari sampai April ini.
Hanya saja, sejak awal April
2014, aku mulai mengurangi kebiasaanku menulis puisi. Aku melihat sisa halaman
yang aku punya di buku ini, dan aku merasa sayang jika nantinya halaman
terakhir harus aku isi dengan sesuatu yang biasa. Aku ingin menulis halaman
terakhir dengan puisi yang melewati proses panjang dan benar – benar bermakna
untukku. Tiap puisi di buku agendaku memang bermakna sendiri untukku, tetapi
halaman terakhir harus aku isi untuk merangkum semua perasaan dan intuisi yang
benar – benar bisa membuat semua puisiku di buku ini berarti untuk dibaca dari
awal hingga akhir. Karena itu, sampai tanggal 9 April 2014 ini, aku masih
mencoba memutar – mutar kepala untuk menemukan rangkaian kata dan makna yang
tepat untuk aku tuliskan ke halaman – halaman terakhir agenda 2014-ku ini.
Well, semoga nanti aku bisa
mengakhiri catatan 2014 ini dengan puisi yang menjadi intisari dari bait – bait
tempat tangan dan anganku mencari – cari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar