Twitter

Jumat, 02 Mei 2014

Puisi: Menulis Prosa, Menuangkan Asa, Menyuapi Rasa Demi Rasa.



Aku punya buku baru.

Sampulnya merah, dan ini adalah pemberian Bapak di tahun baru 2014.

Tidak ada yang menarik dari buku ini, awalnya. Melihat berlembar – lembar halaman yang terisi tanggalan di awal buku, di pikiranku aku hanya akan mengisi buku ini dengan catatan agenda – agenda penting, yang mungkin berkorelasi dengan apa yang akan, atau sedang aku jalani untuk tetap berjalan pada rutinitas. Tapi setelah menelisik halaman per halamannya, aku menemukan bagian yang menarik. Catatan 2014.

Banyak halaman kosong di bagian catatan ini.  Aku pikir, mungkin akan menarik kalau aku mengisinya dengan sesuatu baru, yang belum pernah aku lakukan selama ini. Sampai aku mengingat – ingat lagi hobi atau kegemaranku di masa kecil, dan aku menemukan sesuatu yang masih hidup di otakku: puisi.

Aku menulis puisi sejak Sekolah Dasar. Saat itu, aku sedang menyukai seseorang yang aku masih ingat namanya: Kartika. Saat itu aku merasakan perasaan yang konyol dan polos. Badan masih terlalu kecil untuk menopang prosa – prosa yang berat, dan aku hanya mencorat – coret bukuku dengan kata – kata yang lucu untuk dibaca saat aku sudah berumur 21 sekarang. Tapi aku tidak pernah lupa saat – saat itu. Apa yang aku tulis saat SD, beranjak ke SMP hingga SMA adalah proses aku belajar tentang bagaimana berekspresi dengan rangkaian kata. Dan aku menyukai proses itu.

Menulis puisi secara rutin, adalah sesuatu yang belum pernah aku lakukan. Dulu aku menulis puisi hanya sekedar ketika merasakan sesuatu yang menggelikan di hati. Atau ketika majalah sekolah membuka lowongan rubrik puisi untuk diisi. Dan aku sempat sekali dua kali mengirimnya.

Sekarang, aku punya buku agenda 2014 dengan banyak sekali halaman – halaman kosong untuk diisi. Jadi, yang aku lakukan sekarang adalah mengisinya dengan puisi – puisi yang kebetulan ada saja tiap hari terlintas di pikiranku untuk aku tuliskan. Dan total puisi yang sudah aku tulis di buku ini sudah mencapai jumlah 100 judul lebih, sejak aku menulisnya pada bulan Januari sampai April ini.

Hanya saja, sejak awal April 2014, aku mulai mengurangi kebiasaanku menulis puisi. Aku melihat sisa halaman yang aku punya di buku ini, dan aku merasa sayang jika nantinya halaman terakhir harus aku isi dengan sesuatu yang biasa. Aku ingin menulis halaman terakhir dengan puisi yang melewati proses panjang dan benar – benar bermakna untukku. Tiap puisi di buku agendaku memang bermakna sendiri untukku, tetapi halaman terakhir harus aku isi untuk merangkum semua perasaan dan intuisi yang benar – benar bisa membuat semua puisiku di buku ini berarti untuk dibaca dari awal hingga akhir. Karena itu, sampai tanggal 9 April 2014 ini, aku masih mencoba memutar – mutar kepala untuk menemukan rangkaian kata dan makna yang tepat untuk aku tuliskan ke halaman – halaman terakhir agenda 2014-ku ini.


Well, semoga nanti aku bisa mengakhiri catatan 2014 ini dengan puisi yang menjadi intisari dari bait – bait tempat tangan dan anganku mencari – cari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar