Setelah sekian lama tidak melanjutkan cerita Commcamp 2 yang ke Kawah Ijen, akhirnya aku merasa berdosa dan seperti merasa harus menulis kelanjutan ceritanya. Hup hup!
Jadi, saat itu kami rombongan commcamp meninggalkan pos penjagaan Teluk Hijau. Kami berangkat menuju pos check point (aku lupa nama posnya) Kawah Ijen, dengan estimasi sampai di tempat pukul 21:00. Well, as usual. Ada aja yang seru, yang gak bakal kepikiran buat ditemu di jalan. Mulai dari cerita si Jemblung yang ditanya orang gila di depan masjid tempat kami beristirahat, terus ada lagi pak supir yang sempet beli handphone pas kami lagi istirahat, sampai akhirnya ketika jalan sudah dekat dengan pos check point, kami harus melewati jalan hutan tanpa penerangan dan naik turunnya 'ndewa'. Well, kata-kata yang aku tulis nggak bisa nggambarin gimana seremnya jalan yang dilewatin bis kami. :|
Kira-kira, sudah seperempat jalan di bukit dekat pos check point, hawa dingin mulai menyerang. Beberapa diantara kami mulai mengenakan sarung tangan dan pakaian pelindung dingin lainnya. Well, di sini aku melihat pemandangan bulan yang lumayan sayang bila dilewatkan. Cantik. Jendela atas bis terbuka. Namun akhirnya kemudian ditutup, karena pertimbangan hawa dingin yang semakin banyak masuk. Brr.
Beberapa saat kemudian, kami sampai di pos check point. Yah, lumayan. Setidaknya masih ada satu warung yang berjualan di pintu masuk. Kopi hangat pun mengawali kegiatan malam hari ini. Sayangnya aku lupa, jam berapa saat kami touch down di pos ini. Nggak lama kemudian, kami mulai mendirikan tenda di sebuah pendopo. Sebenernya lebih asik dan kerasa nuansa kempingnya kalo di atas rumput sih. Tapi sayangnya saat itu rumput sedang basah. Dan kami nggak mau ambil resiko kedinginan saat beristirahat.
Dengan semangat kerjasama, mengandalkan senter dan tangan satu sama lain, kami berhasil mendirikan sejumlah tenda di atas pendopo yang kami jadikan 'rumah' untuk istirahat sebelum pendakian dini hari kami. Nah, ini adalah salah satu tenda yang mengisi sudut pendopo, yang dibuat dapur perapian oleh si Mandor dan kawan-kawan.
Coba hitung, berapa jumlah tenda yang kami dirikan, hahaha. Jadi, ini seperti ada pembagian kubu. Kubu yang pertama Mandor dkk memasak nasi sampek kenyang. Kubu kedua di seberang memasak nasi goreng, lengkap dengan mentega, sosis, dan segala sesuatu yang nikmat untuk disantap di alam liar. :|
Otomatis, aku ikut kubu kedua. hehe.
Kelihatan terang soalnya aku pake flash sih motretnya. Kalo kondisi yang sebenarnya ya gelap, peteng dedet. :|
Hal-hal biasa pun menjadi unik, seperti buang air kecil ketemu kunang-kunang, jalan kaki tanpa penerangan kadang harus berhati-hati. Biasa ya? haha, buat aku ini unik. Berkumpul dengan banyak kawan di satu tempat, saling membantu untuk bisa survive dan punya tujuan yang sama: mencapai Kawah Ijen!
Oke, setelah puas ikut menyantap hidangan dari dapur kubu kedua, mataku mulai tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya aku harus merebahkan diri di salah satu tenda, mencoba tidur, walau aku sendiri nggak percaya kalau bisa tidur dengan kondisi seperti ini. Tapi akhirnya tidur juga, hehe. Cerita tidur yang unik nggak ngalahin cuman si Dianto. Tidur di tenda cewek, berenam, dia cowok sendiri. Untungnya si Dianto anak baik-baik sih, meskipun rada absurd, sehingga ia kayaknya malah jadi satpam yang jagain cewek-cewek tidur. Hahaha.
Mataku terbangun. Aku lupa jam berapa.
Aku cuma melihat beberapa anak terlihat bersiap-siap meninggalkan perkemahan. Kemudian sembari mengumpulkan nyawa, aku mulai menyadari. Ini sudah waktunya mendaki!
Sekitar dini hari pukul 01:00 (kalau tidak salah), kami serentak meninggalkan perkemahan kami. Membawa bekal dan peralatan seperlunya, kami siap menuju Kawah Ijen!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar