Twitter

Senin, 13 Mei 2013

Cerita dari Kasur Pendamping Pasien #1: Skala Prioritas




Jumat, 26 April 2013. Aku terkejut mendapati kabar dari Bapak kalau Ibu masuk Rumah Sakit. Apalagi kali ini penyebabnya tidak sama dengan operasi patah tulang kaki beberapa bulan lalu. Ini beda lagi. Katanya radang syaraf tulang belakang. Dan itu membuat ibu tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Seketika seharian itu pikiranku jadi tidak fokus karena memikirkan ibu.

Aku hari ini ada jadwal latihan band dengan teman sejurusan dan rapat di sekre Sinematografi UA, selain itu aku juga meminta tolong Mandor, temanku sejurusan untuk membenahi laptopku. Aku sedikit  kebingungan mengatur waktu. In the end, aku berakhir mengorbankan jadwal latihan band. Padahal aku sudah ngempet pengen gebuk-gebuk drum atau genjreng-genjreng gitar pake distorsi. Tapi ya sudahlah, aku nggak punya waktu banyak.

Setelah laptopku kembali sehat dari sakit Blue Screen Of Dead, aku berterimakasih kepada Mandor, dan menyegerakan diri untuk ke rapat di sekre sinema kampus C. Sebelumnya, aku meminta maaf dulu kepada teman-temanku yang sudah terlanjur aku ajak latihan band. Karena gak enak sama mereka. Aku yang inisiatif ngajak latihan tapi aku sendiri yang mengacaukan.

Sore pukul empat. Aku mempercepat langkahku menuju sekre sinema. Berharap aku bisa segera mengkoordinasi teman-teman divisiku untuk mengadakan 2 acara les edukasi esok dan beberapa hari ke depan. And, voila. Aku justru mendapati rasa sungkan di sekre. Teman-teman sedang mengadakan bersih-bersih sekre. Dan tentu saja, aku sebagai orang yang baru datang dan yang butuh segera bergegas pergi lagi, jadi tidak enak hati. Tapi ya sudahlah. Aku sendiri berusaha menenangkan diriku dan akhirnya bisa mengkoordinasikan semua yang aku rasa perlu didiskusikan sebelum aku cabut. Well, aku nggak pandai menyampaikan pesan. Aku nggak mau alasan ibuku sakit jadi penghambat koordinasiku dengan orang-orang di sini. Tapi at least teman-temanku mengerti dan memahami situasiku saat ini, aku jadi sedikit lega.

Aku mempercepat laju motorku ke kosan. Aku memasukkan barang-barang dan pakaian seperlunya, dengan estimasi aku belum akan kembali ke Surabaya kira-kira seminggu ke depan. Entah, instingku berkata demikian. Tidak ada maksud untuk lari dari rutinitas, ini tentang prioritas!

I still remember a quote from anonymous: “Family is number one.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar