Di perjalanan menuju rumah sakit
yang ada di pikiranku hanya Ibu. Aku masih tidak percaya, beliau yang enerjik
dan biasa bekerja dengan porsi berat di dapur mendadak terserang penyakit yang
membuatnya setengah lumpuh. Bapak hanya menceritakan sedikit bahwa ibu ada
radang syaraf di tulang belakang. Dan ini menyebabkan ibu tidak bisa
menggerakkan kaki dan tangannya karena kaku. Aku jadi menerka-nerka, apa
mungkin ini stroke?
Usia ibuku sudah tidak muda.
Stroke, adalah penyakit mainstream yang biasa aku dengar di kalangan
orang-orang yang mau pensiun. Well, ya, Bapakku pensiun bulan September. At
least, aku dan sekeluarga bersyukur Ibu sakit pas Bapak belum pensiun, jadi ini
masih tanggungan perusahaan.
Aku sampai di rumah sakit. Di
sini, di kamar 217 ini, aku bertemu dengan kedua orang tuaku. Biasanya mereka
menyambutku dengan senyum yang mengembang. Kali ini, ada yang menghambat senyum
itu berkembang dari wajah mereka. Ya, bisa dikatakan aku ‘pulang’, karena
bertemu dengan kedua orang tuaku. Tapi sayangnya, aku pulang tapi tidak untuk
pulang. Aku punya misi untuk mendampingi Ibuku sampai beliau sembuh.
Pukul 8 malam hari, Bapak meninggalkan
aku dan Ibuku di kamar ini. Sempat terlintas dalam benakku bahwa aku akan betah
di sini. AC, kamar mandi dengan air hangat, serta televisi kabel, semuanya
adalah fasilitas langka yang jarang aku rasakan sebagai anak kos (I admit it,
though). Well, tapi siapa yang mau betah di rumah sakit? Aku marah sama
pikiranku yang membetahkan diri di sini. Aku harus berusaha membantu dan
mendampingi Ibu agar bisa lekas keluar dari tempat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar