Twitter

Senin, 13 Mei 2013

Cerita dari Kasur Pendamping Pasien #8: Hari Untuk Pulang dan Kembali




Hari ini, Jumat 10 Mei 2013, Ibu akhirnya bisa kembali ke rumah Tuban. Kemarin dokter sudah memberi izin untuk pulang. Sebenarnya, tenaga Ibu masih belum 100% pulih. Tapi semangat Ibu untuk sembuh dan rajin melatih ototnya bergerak itu yang membuat dokter yakin kalau Ibu pasti bisa sembuh dari penyakit GBS meskipun sudah tidak rawat jalan lagi. Setelah ini, Ibu hanya diwajibkan kontrol seminggu sekali. Tapi itu lebih baik, daripada harus berada di kamar pesakitan dan jauh dari orang-orang rumah. Lagian, bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang disayangi itu menurutku sudah menjadi obat tersendiri bagi Ibu. Hehe.

Well, kalau hari ini Ibu pulang, berarti ini saatnya juga aku untuk kembali. Aku sudah terlalu lama menghilang dari peredaran kampus. Setidaknya aku harus mulai aktif kembali untuk menyesuaikan dengan semua yang di sini.

Tepat pukul 12.30 siang, usai berkemas dengan Bapak dan dibantu Mbak Lia sepupuku, Ibu pun diantar sampai duduk di kursi mobil. Aku pun menyalami Ibu, dan pamit kembali ke Surabaya, dilanjutkan dengan berpamitan ke Bapak. Pintu mobil sudah ditutup, aku berjalan menuju parkiran motor dengan Mbak Lia, dan aku lihat mobil Bapak dan Ibu keluar dari gerbang rumah sakit. Aku pun mengucapkan terima kasih ke Mbak Lia karena sudah dibantu, dan akhirnya aku menuju motorku yang ku letakkan sedikit jauh di pojokan. Lega rasanya, Ibu sudah sembuh.

Sembari mengencangkan slayer di hidung dan mengenakan sarung tangan, pikiranku mulai terhenyak sedikit. Aku tiba-tiba seperti merasa asing dengan motorku, bahkan pikiranku sendiri. Entah, aku mungkin hanya berlebihan. Akhirnya aku hentikan paksa pikiran untuk berpikir macam-macam. Lekas aku gas motorku dan keluar dari rumah sakit, menuju Surabaya ibu kota Jawa Timur.

Singkat cerita, aku sampai di kos pukul 4 sore hari. Dan sepertinya waktunya tepat dengan waktu keberangkatanku ke Gresik, yang itu berarti aku sudah meninggalkan Surabaya 2 minggu lamanya. Benar saja, di parkiran motor rumah sakit aku sedikit merasa aneh. Di kosanku apalagi, aku malah merasa seperti alien di sini.

Pikiranku kacau. Aku seperti nggak tahu harus apa. Orang-orang tidak ada di kos, hanya ada Buk Sum yang sedang bersih-bersih kamar. Aku pun sempat ditanyai tentang Ibuku oleh Buk Sum ini. Ternyata Tyan, temen sejurusan yang juga sekosanku ngasih tahu Buk Sum kalau aku ke luar kota karena Ibuku sakit. Well, pembicaraan singkat ini tidak membantuku lepas dari rumitnya pikiranku. Aku menuju kamar, dan akhirnya aku bersihkan sedikit barang-barang di kamarku. Karena pikiranku yang masih ‘jetlag’, aku menuju balkon lantai dua untuk mencoba mencari udara segar.

Aku kembali. Itu yang ada di pikiranku. Tapi kemudian beberapa pertanyaan menyertai.

Bisakah aku mengikuti agenda kegiatan bulan ini?

Bisakah aku membantu progress usaha teman-temanku di sini?

Bisakah aku kembali berkoordinasi dengan yang lain?

Bisakah aku berguna?

Ah, I’m overthinked. Kemudian aku putuskan untuk kembali ke kamar dan rebahan. Akhirnya, aku perintahkan badan ini untuk tidur. Dan aku paksakan pikiranku untuk ‘sehat’, hingga ada satu kesimpulan yang bisa membuatku tidur nyenyak. Apapun yang terjadi saat ini, entah aku benar-benar bisa kembali atau tidak, aku tetap harus melakukan apa yang harusnya aku lakukan, dan membantu apa yang bisa aku bantu di sini.

Berpikir saja tidak akan membawa tubuh ke mana-mana.

Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar