Twitter

Senin, 13 Mei 2013

Cerita dari Kasur Pendamping Pasien #7: How To Be A Good Mom’s Keeper




Aku bukan orang yang rajin, apalagi telaten. Tapi sekarang mau nggak mau ya aku harus bisa rajin dan telaten untuk membantu Ibu melakukan aktivitas. Seperti makan, sikat gigi, minum obat, hingga melatih tangan dan kakinya supaya bisa bergerak lagi. Okey, sebagai seorang anak laki-laki yang (berusaha) berbakti, aku harus bisa menunjukkan kalau aku telaten membantu Ibu di sini.

Aturan yang pertama, rajin.

Ibu adalah seorang pekerja keras. Dulu bahkan Ibuku seorang atlit voli. Tapi karena GBS ini, Ibu jadi lemah sendi dan otot-ototnya. Semua aktivitas mau nggak mau ya harus dibantu.

Aku adalah anak yang pemalas, suka bangun kesiangan, nggak pernah rapi dan serba berantakan. Tapi kalau sudah berhadapan sama urusan ginian ya aku harus bertransformasi jadi alterego-ku yang sebaliknya. Okey, maksa sih. Tapi otakku ini tahu situasi kok. Aku di kosan sering bangun kesiangan gara-gara ga dengar alarm bunyi pagi-pagi. Di rumah sakit ini, aku bisa segera bangun hanya dengan panggilan “Le..” dari Ibu, bahkan meskipun dengan suara rendah. Telingaku seperti kemasukan radar dengan sensitivitas suara yang tinggi. Wow deh. Pokoknya aku di sini sekarang mendadak jadi lebih rajin. Oke, meskipun kesimpulan ini sedikit tidak nyambung antara rajin, pemaparan contoh tentang bangun kesiangan dan panggilan Ibu,  tapi memang suara panggilan dari Ibu adalah alarm alami yang nggak bakal tergantikan seumur hidup.

Aturan yang kedua, telaten.

Menyuapi makan, memijat kaki dan tangan, dan memakaikan pampers adalah hal yang harus aku lakukan selama Ibu masih dalam tahap awal pemulihan. Okey, mungkin aku nggak jago menyuapi makan Ibu. Tapi percayalah, nggak ada kaitannya antara jomblo sama nggak jago nyuapi makan. Yang penting, telaten. Terus soal pijat memijat, aku mewarisi sedikit, atau mungkin secuil, ilmu mbah kakung-ku yang dulunya orang ‘pinter’. Oke, lagi-lagi mungkin nggak nyambung ya, antara ilmu orang ‘pinter’ sama bakat mijet, tapi seriously, memijat ini harus telaten. Hal yang nggak kalah kudu telaten, adalah memakaikan pampers. Well, anggap saja aku adalah calon ayah yang baik. Belum punya istri, bahkan pacar, tapi sudah belajar memakaikan pampers...meskipun ke orang tua. Hehe.

Anyway, semua hal yang harus dilakukan secara telaten ini mengingatkan aku pada masa kecilku dulu. Aku akui, dulu aku adalah anak yang rewel, makan susah, sering minta dipijet, dan ngompolan...oke aku bener-bener akuin itu. Dan membantu Ibu dengan menyuapinya makan, memijat, dan mengenakan pampersnya, aku jadi mengerti bahwa dulu Ibu pasti berusaha keras melakukan semua hal itu ke aku. Dan ini adalah waktunya aku membalas kebaikan Ibu yang tidak terhingga itu.

Aturan yang ketiga, sabar.

Kalau sabar adalah mata kuliah, aku pasti sudah dapat E. Hanya saja kali ini berkat otakku yang tahu situasi, aku jadi berusaha lebih sabar dan mencoba menahan semua emosiku yang berlebihan, dalam hal apapun. Misalnya ketika Ibu sedikit cerewet dalam mengingatkanku untuk mandi, makan, dan lain-lain. Dulu, sampai sekarang sih, aku sedikit malas kalau orang lain mengatur-atur jadwal pribadiku, bahkan Ibu sekalipun. Tapi ya aku dengarkan saja apapun yang Ibu ucapkan soal lekas mandi dan segera makan. Meskipun sedang sakit, tapi Ibu masih tetap rajin kalau mengingatkanku tentang macam-macam. Well, aku memang malas diingatkan terus-terusan, tapi hal ini juga yang membuatku kangen sama Ibu kalau sedang di kos. Hehe.

Intinya, kudu rajin, telaten, dan sabar. Yauda sih gitu aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar