“Bismillahirrahmanirrahim..”
Aku dan tim terakhir menapaki tangga bebatuan menuju Teluk
Hijau. Mbak Hutami diduluin sih, dengan si Bima yang mengambil alih posisi terdepan.
Well, awal yang sukses sih. Kami semua berhasil melewati tangga batu-batu itu.
Tapi kemudian...
“ADUH!”
Sambat-sambatan pun bersahut-sahutan. Yak, jalanan yang kami
lewati tak semulus paha cherrybelle.
Sebelah kiri kami langsung tanjakan menurun yang sangat
terjal. Sedang sebelah kanan adalah tanah tanjakan naik. Ya intinya posisi kami
lagi miring 45 derajat gitu dah. Dan jalan setapaknya ini dipaksakan datar
diantara kemiringan itu.
Ditambah dengan tanah yang becek dan tumbuhan liar yang
kadang menutupi jalan, lengkap sudah petualangan menjelajahi hutan ini.
Sesekali kami berhenti, sembari menunggu Mbak Hutami
menuruni jalanan yang ekstrim, dan kadang juga kami sendiri kesusahan dalam
menapaki jalan-jalan itu. FYI, Mbak Hutami ini bobotnya juga ekstrim. Jadi suatu
kehebatan tersendirilah ketika melihat Mbak Hutami berjuang menaklukkan
medan-medan berat.
Bima yang berada di depan selalu stand by juga buat ngulurin
tangan kalo butuh bantuan. Sedang Mas Gimon selalu di belakang untuk memastikan
semua aman-aman saja.
Well, perjuangan Mbak Hutami memang tidak mudah. Dan
ditambah sepanjang perjalanan, jalan setapaknya juga sering PHP. Kadang terjal,
kadang datar, kadang naik, kadang turun, dan seringkali membuat kami berpikir
kalo pantai udah dekat. Dan dekat sih dekat sama pantai, tapi itu di bawah
banget, dan itu bukan Teluk Hijau yang kami tuju.
--foto dari kamera Ayip: salah satu pemandangan yang bisa dilihat dari samping, kalo jatuh bisa langsung ke pantai beroooh....--
Kira-kira perjalanan di hutan bukit ini hampir sejam kali
ya. Pokoknya luama beuds deuh.
Dan akhirnya, suara ombak membesar, ada aliran sungai yang
terlewati... dan ternyata kami sampai!
Tapi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar