Twitter

Senin, 23 Juli 2012

Bulan Sabit

Bulan sabit.
Begitu aku menyebut malam ini yang penuh dengan pikiran yang menyelimuti angan.
Bahkan saat shalat tarawih pun pikiranku tidak bisa fokus dan terbang melayang kemana-mana.
Tuhan, aku kenapa?
Malam ini seperti biasa aku berjalan kaki menuju masjid untuk shalat tarawih. Sekilas aku menatap langit, dan aku saksikan sebentuk bulan sabit yang sempurna. Yang entah benar atau tidak, membawa suatu aura jingga dalam pikiranku.

Sebenarnya, seharian ini juga pikiranku random. Aku menjadi bukan aku yang biasanya. Aku tiba-tiba ingin kembali ke Surabaya. Tidak, bukan maksud apa-apa. Tapi aku memang ingin menyendiri. Menenangkan diri dan menyatukan kembali pikiran dengan raga. Mengkolaborasikan kembali jiwa dengan mata. Menyusun nyawa yang saat ini seperti terpecah belah.

Di satu sisi aku menginginkan sesuatu. Tapi di satu sisi aku menolaknya untuk berkeinginan seperti itu.
Di satu sisi aku memikirkan sesuatu. Tapi di satu sisi aku menepisnya untuk berpikir seperti itu.
Di satu sisi aku menahan sesuatu. Tapi di satu sisi aku menahannya untuk bertahan seperti itu.
Rumit.

Tapi aku masih cukup sadar untuk menyadarinya. Seberkas bias aku temukan dalam lamunan. Bias yang ingin aku pertemukan dengan kedua lensa mata ini. Untuk sekedar menikmati waktu dan menghabiskan masa dengan bias itu semalam.
Mungkinkah..?

Untuk saat ini, tidak.
Bias itu kini sedang diujung nyaman. Sedang aku baru akan sampai di tanah rawan.

Aku ingin kembali sejenak ke perantauan.
Entah kapan memberangkatkannya, atau terbesit kembali untuk memulangkannya.
Aku hanya ingin pergi. Mungkin besok, atau lusa.
Dan berharap membiaskan kembali apa yang ingin aku nikmati.

Semoga aku lekas menemukan jawaban, dari serpihan yang ku sebut hilang.

Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar