Yup,
"Selamat pagi hutan, apa kabar pantai?" ujar Ibanez.
Malam gelap telah terlewati. Mungkin sisa tenaga senter-senter milik kami juga sudah hampir habis. Dan sekarang kami terbangun dalam hutan dengan masih menyimpan harapan untuk menemukan pantai pagi ini.
Waktu menunjukkan pukul 06.00. Mandor dan kru dapur darurat-nya kembali memasak untuk sarapan kami bersama. Dengan sisa nasi sedikit kami berbagi secukupnya. Dan pagi ini pun aku berinisiatif untuk merekam teman-temanku menggunakan Canon 600D milik Kiki dan menanyakan kesan-kesan mereka selama perjalanan ini.
Kopler dalam video sempat berujar iseng,
"Rek sopo ae sing nemokno rekaman iki, tulung editen yo gawe arek-arek sing tau urip nang kene."
Jleg,
Aku gak bisa mbayangin, gimana kalau nanti yang dikatakan Kopler dengan iseng gini bisa membuat kami ber24 hilang ditelan alam dan kamera Kiki tertinggal, lalu ada seseorang yang menemukan rekaman ini dan lalu mengangkatnya ke layar lebar, dan kami ber24 menjadi artis dadakan walau jasad kami tidak pernah ditemukan...
Oke,
skip.
Singkat cerita, jam 08.00 kami telah membereskan tenda, dapur, dan semua yang kami dirikan semalam, lalu bersiap untuk berangkat lagi dengan harapan akan menemukan pantai pagi ini juga.
Barisan telah diatur, dan setelah Bima, Geboy, dan Jemblunk mengecek jalan di depan, kami akhirnya berangkat. Tetap dengan barisan sebelumnya, selang-seling cowok-cewek, hanya saja sekarang aku lebih sering wira-wiri karena merekam perjalanan kami yang berusaha menemukan pantai.
Semak belukar yang berkurang, akar-akar yang 'menjinak', dan tanda-tanda seperti pohon tumbang dan ikat tali merah membuat kami semakin bersemangat melangkah, walau sempat terhenti-henti untuk memastikan jalan. Hingga akhirnya dari barisan depan terdengar suara...
"LAUT!"
Ya, kami SUKSES kembali ke pantai. Tepatnya, pantai yang sedikit melenceng ke arah Utara dari pantai start -_-
dan inilah foto dari kamera Ayip, Canon 60D. Dan gambar ini tepat memotret pantai yang kami temukan dari sudut pandang hutan,
Well, at least,
Setidaknya, kami semua bersyukur dapat keluar dari hutan.
Pukul 09.00, kami semua masih memulihkan tenaga di pantai. Ada yang berfoto-foto ria, ada yang duduk-duduk saja, dan akhirnya ada seorang pelaut yang melintas dekat kami. Jemblunk langsung menghampiri pelaut itu dan menanyakan tentang tarif naik perahu ke Segoro Anakan. Oh iya, kami yang di sini sedang mendiskusikan dua rencana. Apakah kami akan menyewa tour guide untuk lanjut ke Segoro Anakan melewati hutan, atau naik perahu dan memutar rute ke pantai start awal.
Cewek-cewek pada minta tour guide. Aku dan Kopler sih berpikiran kalau kita masuk ke hutan lagi tapi dengan arah yang sudah kami tentukan dengan pasti ke Segoro Anakan. Dan tidak ada yang setuju dengan kembali ke hutan -_-
Setelah dimusyawarahkan, dengan menimbang biaya dan efektivitas, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa perahu saja untuk memutar rute ke pantai start awal dan menjelajahi hutan yang sudah ada jalan setapak yang mengarahkan kami ke Segoro Anakan.
Kami membagi dua tim lagi.
Dan aku tetap pada kloter terakhir.
Di sini kameranya Kiki kehabisan baterai. Aku beralih menggunakan kamera Ayip Canon 60D untuk melanjutkan misi dokumentasi. Dan setelah menyempatkan foto-foto sebentar, dengan menyegarkan diri sedikit di sumber air tawar yang ternyata ada di dekat kami, perahu kloter kedua pun datang dan kami meninggalkan pantai tempat kami keluar dari hutan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar