Awalnya aku hanya membaca koran seperti biasa, halaman per halaman. Tapi ketika membaca rubrik Metropolis di Jawa Pos, ada yang menggelitik mataku.
Dua perampas motor ditembak mati setelah mencoba melawan polisi. Aku baca semua isi beritanya hingga lengkap. Dan aku pun hanya bisa mengelus dada. Entah, apakah aku sedang berduka, atau sebaliknya, sedang senang dan lega.
Dua perampas motor yang ditembak mati ini, adalah dua orang yang sempat mencegat aku dan teman-temanku di Surabaya, setahun yang lalu.
Aku masih ingat,
Sabtu siang di bulan Januari itu, aku dan tim DotA bentukanku bersama teman-teman SMA-ku, D'Mokats, akan menghadiri technical meeting lomba DotA dan Robot di ITS pada pukul 14.00. Kami berangkat dari Tuban pukul 09.30 dan singgah sebentar di rumahku yang ada di Gresik.
Simbah, Elha, Sondro, Mat Solar dan Rego. Adalah teman-temanku yang berangkat ke Surabaya saat itu.
Aku juga masih ingat,
Kami berangkat dari Gresik pukul 12.30, langsung mengenakan seragam batik dan berangkat menuju ITS, dan diantara kami belum pernah ada yang ke ITS. Jadi kami hanya menerka jalan dan berpatokan pada peta untuk bisa mencapai sana.
Singkat cerita, kami sampai di suatu lampu merah di Surabaya. Aku dan teman-temanku ditanya oleh seseorang "Mau kemana dek?" Mungkin karena kami dari tadi hanya berputar-putar sekitar jalan situ karena diantara kami tidak ada yang hafal jalan Surabaya, orang itu jadi bertanya pada kami. Spekulasi positif dariku saja, sih. Orang itu, sepertinya, membuntuti kami. Karena di setiap lampu merah, kami selalu bertemu dengan orang itu dan orang itu selalu menanyakan hal yang sama. Mau kemana?
Aku yang berpikiran positif pun menjawab "Mau ke ITS." Setelah itu kami terus jalan dan tidak bertemu orang itu lagi setelahnya. Ketika sampai di suatu jalan besar yang ramai, aku dan Rego mengambil jalan putar balik. Tapi tiba-tiba motor Sondro dan Mat Solar yang di belakang tak kunjung menyusul. Aku, Rego, Simbah, dan Elha menanti di pinggir jalan. Rego pun menelepon Sondro. Dan ternyata mereka sedang berhenti karena ada orang yang katanya sedang 'ada masalah' dengan mereka.
Aku, Rego, Simbah, dan Elha menghampiri Sondro dan Novan dengan mengambil jalan putar balik lagi.
Terlihat kedua orang lelaki sedang berbicara serius dengan Sondro.
Ternyata, dua orang lelaki itu menuduh Sondro telah menganiaya adik salah satu dari mereka. Aku dan teman-teman pun menjelaskan apa adanya bahwa kami hanya siswa SMA dari Tuban yang akan menghadiri technical meeting robotika di ITS, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan lelaki itu, apalagi adiknya. Tapi itu tidak lantas membuat mereka melepaskan kami.
"Wes pokoke aku njaluk salah siji teko koen-koen iki gawe melok aku, ayo diselesekno nang panggon liyo."
Kalimat itu diumbar lantang oleh salah satu dari mereka. Aku sempat khawatir, mengingat saat itu kami tidak tahu apa-apa tentang Surabaya dan tidak punya sanak saudara di sana.
Tapi tiba-tiba aku kepikiran ide.
Aku (pura-pura) menelepon Bang Udin, seniorku SMA yang kuliah di ITS. Dan aku sok-sok'an berbicara dengan topik obrolan tentang 'Kantor Polisi' dan 'Surat-surat penting'
Setelah mengakhiri kepura-puraanku, aku langsung menegaskan ke dua lelaki yang cari masalah itu,
"Nek ancen onok masalah, ayo mas melok aku karo konco-koncoku nang ITS, wes dienteni karo masku nang kono. Iki acarane gak isok ditunda maneh."
Ke dua orang itu masih ngotot minta diselesaikan saat itu juga di tempat lain. Tapi aku dan teman-teman tidak menggubris kata-kata mereka dan langsung tancap gas ke jalan arah (yang kami kira-kira) ITS.
Sesampainya di suatu lampu merah, aku melihat ke belakang, dan ternyata orang itu tidak mengikuti lagi. Memang dari awal mencurigakan, sih. Apalagi alasan 'bodoh' mereka yang menuduh Sondro (yang tampangnya menurutku paling preman diantara kami) telah menganiaya adiknya, sungguh goblok sekali andaikan waktu itu kami menuruti kemauan mereka.
Dan hari ini, 14 Juli 2012. Aku membaca berita di koran Jawa Pos, ada dua orang perampas motor yang ditembak mati oleh polisi. Modus penggiringan korban ke tempat sepi pun sama persis dengan apa yang aku alami tahun kemarin.
Ya sudahlah, memang hukum yang berlaku sudah seperti itu sob. Mereka melawan polisi ketika ditangkap, wajar aja kalau mereka dikirim ke akhirat.
Aku hanya bisa berdo'a semoga kalian yang membaca ini bisa lebih waspada dan tidak mengalami perampasan motor.
Dan untuk bung Kholil dan Rofii, semoga tenang di alam sana.
Amin.
Amin...
BalasHapus